Sentra pembatikan di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah pembatikan yang ada sejak zaman Mangkunegara I, bersamaan dengan di mulainya perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757, dimana ditetapkan Raden Mas Said menerima sebagian daerah Surakarta yaitu: Kadawung, Laroh, Matesih, Hariboyo, Hongobayan, Sambuyan, Pajang (sebelah selatan), Pajang (sebelah utara), Gunung Kidul, Mataram, dan Kedu (AK. Pringgodigdo, 1938). Daerah-daerah inilah yang kemudian dikembangkan menjadi sentra pembatikan, yang berpusat pada Keraton Mangkunegaran.
Desa Girilayu, yang terletak di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sangat terkenal karena di sinilah letak kompleks Astana (makam) para penguasa dan kerabat dekat Puro (Istana) Mangkunegaran, selain terdapat pula di desa Mangadeg yang masih masuk Kecamatan Matesih. Di Girilayu terletak makam Mangkunegara IV, V, VII, dan VIII, sementara Mangkunegara I, II, dan III dimakamkan di Mangadeg (http://walah.multiply.com/journal/item/347/Destination_Matesih, 20 Mei 2009). Karena di Girilayu terdapat kompleks makam raja-raja Mangkunegaran inilah yang kemudian menjadikan penjaga makam, yang juga merupakan pembatik keraton, mengembangkan batik di Girilayu dan terus berkembang hingga kini. Pekerjaan membatik merupakan pilihan bagi sebagian besar masyarakat Girilayu, disamping bertani. Sehingga batik-batik yang ada di Girilayu sekarang mendapat pengaruh dari batik Surakarta, khususnya Keraton Mangkunegaran, baik berupa teknik, bahan, pewarnaan, sampai pada motif yang digunakan.
Motif batik Keraton di Surakarta memiliki ciri khas yang membedakan dengan motif batik lainnya, yang antara lain dapat dilihat melalui pemakaian warna yang cenderung soft, dengan perpaduan yang harmonis seperti warna-warna biru kehitaman, krem, dan merah kecokelatan. Sedangkan batik Keraton Mangkunegaran memiliki gaya disain seperti batik Keraton Surakarta pada umumnya, namun memiliki warna kuning dan soga yang lebih sedikit dominan. Selain itu, motif batik Mangkunegaran memiliki motif yang lebih kreatif dibanding batik Keraton Surakarta karena keragaman dari motif yang dihasilkan (Santosa Doellah, 2001:56). Motif batik inilah yang kemudian diperkenalkan pada masyarakat Girilayu dan dikembangkan dengan penyesuaian seiring berkembangnya zaman.
1 Komentar:
mas izin reblog ya :)
Posting Komentar
Silahkan Tinggalkan Komentar Di sini: