Galeri Batik Girilayu

Temukan keindahan dan kualitas tinggi dari Batik Girilayu di sini

Tentang Girilayu

Desa Girilayu, terletak di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Di sini terdapat sentra pembatikan khususnya batik tulis halus dengan kualitas tinggi

Tentang Batik

Batik adalah kesenian khas Indonesia yang diakui UNESCO. Temukan beragam informasi dan pengetahuan menarik tentang batik di sini

Tentang Batik Girilayu

Batik Girilayu adalah batik berkualitas yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Girilayu, Matesih. Temukan informasi tentang Batik Girilayu di sini

Batik Siap Jual

Kami memproduksi dan menjual beragam batik dan motif batik, terutama batik tulis halus. Selain itu kami menerima pesanan berbagai macam motif (reproduksi) dengan contoh sampel dari anda.

12 September 2010

Galeri Motif Batik Girilayu 2

Motif batik yang terdapat di Sentra Pembatikan Girilayu banyak sekali. Sebagian besar mendapat pengaruh langsung dari motif batik Surakarta. Berikut adalah beberapa motif (bagian kedua) yang terdapat di Desa Girilayu:















Untuk mengetahui corak-corak batik ketika masih berupa cantingan, silahkan ikuti link berikut ini: Galeri Cantingan Batik
Untuk mengetahui motif batik di Girilayu, silahkan ikuti link berikut ini: Galeri Motif Batik Girilayu 1

Galeri Motif Batik Girilayu 1

Motif-motif batik yang dihasilkan oleh Sentra Pembatikan Girilayu memiliki kualitas tinggi dengan kehalusan dalam proses pencantingannya. Berikut ini adalah beberapa motif yang dihasilkan oleh pembatik di Desa Girilayu:

Batik Motif Wirasat


Batik Motif Wahyu Tumurun


Batik Motif Usus-usus


Batik Motif Debyah


Batik Motif Cakar


Untuk mengetahui corak-corak batik ketika masih berupa cantingan, silahkan ikuti link berikut ini: Galeri Cantingan Batik
Motif batik di Girilayu bagian kedua silahkan ikuti link ini: Galeri Motif Batik Girilayu 2

Galeri Cantingan Batik Girilayu

Sentra pembatikan Girilayu merupakan desa penghasil batik dengan kualitas pencantingan bagus dengan pengalaman membatik sejak dari Kerajaan Mangkunegaran. Berikut ini adalah beberapa gambaran tentang hasil cantingan di sentra pembatikan Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah:

Berikut adalah beberapa hasil cantingan yang menunggu proses pewarnaan:


Berikut ini contoh dari cantingan batik motif tradisi, yakni motif Wahyu Tumurun yang masih banyak dipakai di acara pernikahan dengan adat Jawa:


Ini adalah contoh beberapa cantingan batik motif pengembangan yang terdapat di Desa Girilayu:


06 April 2010

Galeri 1 : Perkenalan Batik Girilayu

Desa Girilayu adalah sentra pembatikan di wilayah Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Batik yang dihasilkan di sini adalah batik halus kualitas tinggi yang melalui pencantingan oleh perajin yang telah turun temurun mengerjakan batik sejak zaman Kerajaan Mangkunegaran sehingga sudah teruji kualitasnya.


Di Desa Girilayu kita dapat memesan berbagai macam motif cantingan baik berupa motif-motif tradisi seperti Wahyu Tumurun, maupun motif pengembangan yang dapat disesuaikan dengan keinginan kita. Selain itu terdapat motif-motif pengembangan yang dilakukan oleh perajin setempat yang memadukan antara motif satu dengan lain, dengan tetap menonjolkan sisi tradisinya. Koperasi yang mewadahi pembatik di Girilayu ini adalah Koperasi Wahyu Sari yang diketuai oleh Nyonya Daryono.


Walaupun kebanyakan pekerjaan membatik sekarang ini masih merupakan pekerjaan sampingan, tapi pengerjaannya dilakukan dengan sepenuh hati sehingga kualitasnya tetap terjamin dengan baik.


Untuk mengetahui corak-corak batik ketika masih berupa cantingan, silahkan ikuti link berikut ini: Galeri Cantingan Batik
Untuk mengetahui motif batik di Girilayu, silahkan ikuti link berikut ini: Galeri Motif Batik Girilayu 1
Motif batik di Girilayu bagian kedua silahkan ikuti link ini: Galeri Motif Batik Girilayu 2

Tahapan Membatik

Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan batik tulis:
1. Tahap pertama atau disebut juga proses pembatikan pertama, yaitu pembuatan pola dan motif yang dikehendaki diatas kain putih dilukis dengan pensil.
2. Tahap kedua, melukis dengan lilin malam menggunakan canting dengan mengikuti pola tersebut pada kedua sisi (bolak-balik).
3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna).
4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
11. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai.

Tentang Batik

Batik memiliki sejarah yang panjang dalam bidang budaya bangsa Indonesia, Dalam buku Katalog Batik Indonesia (1997), disebutkan beberapa pendapat yang berbeda tentang asal batik Indonesia:

1. Ditinjau dari sejarah kebudayaan, R.M Sutjipto Wirosaputro, menyatakan bahwa Bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India, telah mengenal teknik membuat batik. Jadi yang mengembangkan seni batik di Indonesia adalah bangsa Indonesia sendiri.
2. Menurut Soeprapto dalam bukunya The Art of Batik, pada mulanya batik merupakan suatu seni yang berkembang di kalangan keraton di Jawa. Pada masa pemerintahan Sultan Hanjokro Kusumo sekitar tahun 1613 sampai 1645, beliau sangat mencintai batik dan menciptakan ragam hias simbolik pada batik yang mempunyai arti yang dalam mengenai falsafah hidup dan mencerminkan unsur-unsur kehidupan.

Sedangkan dalam Majalah Saudagar (Mei 2008) disebutkan bahwa batik semula ditemukan di zaman kerajaan Tarumanegara (358-669 M) berupa lukisan di kain dari getah pohon tarum.

Definisi batik adalah suatu cara untuk memberi hiasan pada kain dengan cara menutupi bagian-bagian tertentu dengan cara mempergunakan perintang (Hamzuri, 1981). Walau secara bahasa batik mempunyai arti menulis atau melukis titik tetapi secara esensial batik diartikan sebagai sebuah proses atau teknik menahan warna dengan menggunakan lilin malam. Artinya, batik adalah sebuah proses menahan warna memakai lilin malam secara berulang-ulang diatas kain.

Secara etimologis, batik berarti menitikkan malam dengan cara dicanting, sehingga membentuk corak yang terdiri atas susunan titikan dan garisan. Batik sebagai kata benda merupakan hasil penggambaran corak diatas kain dengan menggunakan canting sebagai alat gambar dan malam sebagai zat perintang. Secara teknik, batik adalah suatu cara penerapan corak diatas kain melalui proses celup rintang warna dengan medium perintangnya ( Indonesia Indah Seri Batik, 1997).

Lilin malam digunakan sebagai penahan dan mencegah agar warna tidak meyerap diatas kain didaerah yang ditutup dengan lilin malam tersebut. Lilin tersebut juga dapat berfungsi sebagai pembentuk motif dan corak pada batik. Sedangkan untuk menciptakan sebuah motif dengan menggunakan lilin batik digunakan alat berupa canting yakni dengan cara dituliskan / digambarkan secara langsung mengikuti pola yang telah ditulis sebelumnya dengan menggunakan pensil.
Terdapat dua macam pembagian batik dewasa ini, yakni pertama menurut sifat, ragam hias dan komposisi pewarnaan, yang dibagi menjadi dua:
1. Batik Vorstenlanden dari daerah Surakarta dan Yogyakarta, yang ciri-ciri ragam hiasnya bersifat simbolis dengan latar belakang kebudayaan Hindu-Jawa. Komposisi warna terdiri dari sogan, indigo (biru), hitam, dan putih.
2. Batik pesisir, adalah semua batik yang dihasilkan atau dibuat oleh daerah-daerah di luar Surakarta dan Yogyakarta, memiliki ciri ragam hias bersifat naturalistis dengan latar belakang pengaruh dari berbagai budaya, termasuk budaya asing, komposisi warna beraneka ragam (Riyanto, 1997).

Kedua, jenis batik dilihat dari proses cara pembuatannya, yaitu:
1. Batik Tulis
2. Batik Cetak
3. Batik Printing.

Batik tulis merupakan batik yang spesial dan mahal dibanding batik yang lain, karena didalam pembuatan batik ini sangat diperlukan keahlian serta pengalaman, ketelitian, kesabaran dan juga waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah batik tulis (Riyanto, 1997).

Tentang Batik Girilayu

Sentra pembatikan di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah pembatikan yang ada sejak zaman Mangkunegara I, bersamaan dengan di mulainya perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757, dimana ditetapkan Raden Mas Said menerima sebagian daerah Surakarta yaitu: Kadawung, Laroh, Matesih, Hariboyo, Hongobayan, Sambuyan, Pajang (sebelah selatan), Pajang (sebelah utara), Gunung Kidul, Mataram, dan Kedu (AK. Pringgodigdo, 1938). Daerah-daerah inilah yang kemudian dikembangkan menjadi sentra pembatikan, yang berpusat pada Keraton Mangkunegaran.

Desa Girilayu, yang terletak di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, sangat terkenal karena di sinilah letak kompleks Astana (makam) para penguasa dan kerabat dekat Puro (Istana) Mangkunegaran, selain terdapat pula di desa Mangadeg yang masih masuk Kecamatan Matesih. Di Girilayu terletak makam Mangkunegara IV, V, VII, dan VIII, sementara Mangkunegara I, II, dan III dimakamkan di Mangadeg (http://walah.multiply.com/journal/item/347/Destination_Matesih, 20 Mei 2009). Karena di Girilayu terdapat kompleks makam raja-raja Mangkunegaran inilah yang kemudian menjadikan penjaga makam, yang juga merupakan pembatik keraton, mengembangkan batik di Girilayu dan terus berkembang hingga kini. Pekerjaan membatik merupakan pilihan bagi sebagian besar masyarakat Girilayu, disamping bertani. Sehingga batik-batik yang ada di Girilayu sekarang mendapat pengaruh dari batik Surakarta, khususnya Keraton Mangkunegaran, baik berupa teknik, bahan, pewarnaan, sampai pada motif yang digunakan.

Motif batik Keraton di Surakarta memiliki ciri khas yang membedakan dengan motif batik lainnya, yang antara lain dapat dilihat melalui pemakaian warna yang cenderung soft, dengan perpaduan yang harmonis seperti warna-warna biru kehitaman, krem, dan merah kecokelatan. Sedangkan batik Keraton Mangkunegaran memiliki gaya disain seperti batik Keraton Surakarta pada umumnya, namun memiliki warna kuning dan soga yang lebih sedikit dominan. Selain itu, motif batik Mangkunegaran memiliki motif yang lebih kreatif dibanding batik Keraton Surakarta karena keragaman dari motif yang dihasilkan (Santosa Doellah, 2001:56). Motif batik inilah yang kemudian diperkenalkan pada masyarakat Girilayu dan dikembangkan dengan penyesuaian seiring berkembangnya zaman.

02 April 2010

Tentang Girilayu

Girilayu adalah nama sebuah desa di wilayah Kecamatan Matesih, Kabupaten Karang Anyar, Jawa Tengah, Indonesia.

Desa Girilayu memiliki potensi yang sangat menjanjikan, terutama di sektor kerajinan di mana hampir di tiap rumah terdapat seseorang yang dapat membatik dengan kualitas baik.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More